TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta dinilai paling brutal dalam konteks demokrasi di media sosial. Pendapat ini dilontarkan Pengamat komunikasi dari UI Effendi Gazali dalam diskusi bertajuk Demokrasi Kebangsaan di Republik Sosial Media di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Kamis 23 Maret 2017. "Pilkada Jakarta itu Luber. Langsung, umum, berutal," ungkap Effendi sembari tertawa.
Menurut Effendi, hasil pengamatan ia dan kawan-kawannya mengungkapkan bahwa Pilkada Jakarta membuat netizen sosial media terbelah menjadi dua. Tak jarang para pendukung dua pasangan calon melemparkan opini yang saling serang.
Hal tersebut, menurut Effendi, dianggap cerminan kebrutalan. Beberapa fakta yang dipaparkan menunjukkan, netizen saling memojokkan calon kelompok lawan.
Bagi Effendi, pertarungan tersebut bisa saja berpengaruh ke perolehan suara di putaran kedua nantinya. Dia menjelaskan saat ini, belum ada yang mengetahui kondisi suara yang harus diperebutkan kedua belah pihak. "Mereka bisa saja lelah melihat pertarungan sosial. Mungkin lebih efektif pakai opini positif," tandasnya.
Baca: Survei LSI Sebut Anies-Sandi Unggul di Medsos, Ini Reaksi Ahok
Dalam pilkada putaran kedua, Effendi menjelaskan, baik Ahok maupun Anies, perlu menggaet 17 persen suara Agus, dan 22 persen mereka yang tidak menggunakan haknya di putaran pertama.
Menanggapi hal tersebut, tim sukses dari kedua pasangan cagub-cawagub Jakarta, mengatakan tidak pernah mengarahkan para relawan untuk saling serang. Keduanya justru mengarahkan relawan untuk memberikan informasi positif mengenai program kerja yang diusung Ahok-Djarot dan Anies-Sandi.
Tim sukses pasangan petahana, Hariyadi, menjelaskan, relawan diajak untuk menceritakan pengalaman mereka menikmati hasil kerja Ahok. "Mereka menceritakan bagaimana Kalijodo saat ini," jelasnya.
Sedangkan tim sukses Anies-Sandi, Musa, mengajak relawan untuk menjelaskan program kerja OK-OCE yang diusung. Musa menjelaskan, pihaknya menggunakan juru bicara seperti Pandji Pragiwaksono untuk men-tweet program yang sedang dimulai oleh Anies. Lalu, para relawan nantinya bisa me-retweet.
"Seperti menjelaskan o-ride, transportasi yang terintegrasi. Ini nanti dibaca oleh pengguna smartphone, dan tentunya akan tersebar informasinya," ungkap Musa.
BENEDICTA ALVINTA|JH