TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menilai ada unsur politik dalam pengumuman beberapa masjid yang melarang mensalatkan jenazah orang yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Menurut Djarot, hal tersebut merugikan dirinya maupun Ahok dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
"Pasti dong (dirugikan). Itu kan tulisannya untuk pendukung dan pembela penista agama. Itu kan buat menolak Pak Basuki tujuannya. Hanya tidak ditulis saja," ujar Djarot di Bumi Pospera Tunarungu, Jalan Basuki Rahmat, Cipinang Muara, Jakarta Timur, Minggu, 26 Februari 2017.
Baca juga: Pilkada Putaran 2, Djarot Lebih Ingin Kerja daripada Cuti
Djarot menilai bentuk penolakan tersebut sebagai reaksi kasus yang menjerat Ahok atas pidatonya yang menyitir Al-qur'an surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu pada September 2016. Sehingga, sejumlah masjid membuat kebijakan melarang mensalati jenazah orang yang mendukung terdakwa kasus penistaan agama.
Djarot menyayangkan pengumuman yang dianggap memecah belah masyarakat. Padahal, kasus Ahok tengah bergulir di Pengadilan Negeri Jakarta Utara atas dugaan penodaan agama. Djarot mengimbau agar masyarakat tidak menyimpan kebencian dan dendam yang berlebihan.
"Tolonglah jaga persatuan di antara kita. Tidak baik, tidak bagus seperti itu. Jangan demi kekuasaan pilkada timbul perpecahan. Kita harus saling menghargai hak dan pilihan masing-masing tapi ada upaya menakut-nakuti dan menggertak dan sebagainya," ucap Djarot.
Menurut Djarot, jika ada sekelompok masyarakat yang tidak menerima pasangan calon nomor urut dua tersebut bisa direalisasikan di balik bilik suara. Mereka bebas memilih siapapun yang akan menjadi pemimpin di Jakarta. Cara menjegal seperti itu dinilai Djarot justru menghalangi hak politik warga Jakarta.
"Kalau enggak setuju, enggak apa-apa. Nanti pada saat di bilik suara, tentukan suaranya. Supaya Jakarta damai. Jangan justru menakut-nakuti," ujar Djarot.
Simak juga: Remaja Rentan Narkoba, Djarot Akan Renovasi 34 Lapangan Bola
Djarot menjelaskan pengumuman mesjid tersebut sesuatu yang berlebihan dan tidak baik.
"Buka hati kita seperti samudra yang bisa menerima apapun juga caci, maki, hinaan yang tidak mengenakkan. Hadapi optimis itu semua tidak akan mempan untuk membuat kami marah," ujarnya.
Djarot mengaku hanya bisa pasrah menerima sikap tersebut. Dalam lingkungan keluarga, Djarot mengaku telah diajari untuk lebih sabar dalam tawakal menghadapi masalah.
"Tetapi ortu saya selalu memberikan nilai-nilai Islam tentang kesabaran dan tawakal. Mari kita sabar dan tawakal," ujar Djarot.
LARISSA HUDA