TEMPO.CO, Jakarta - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, memenuhi undangan makan siang di kediaman Presiden RI ketiga, B.J. Habibie, di kawasan Patra Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu, 26 Februari 2017.
Dalam kesempatan itu, Sandiaga mengenakan kemeja batik lengan pendek berwarna biru, juga sebuah peci cokelat berbahan anyaman. Padahal, Sandiaga dan pasangannya, Anies Baswedan, identik dengan peci hitam sebagai simbol kampanye mereka.
Baca juga: Diundang Makan, Sandi: Pak Habibie Mau Masak Shabu-shabu
Sandiaga mengungkapkan peci tersebut merupakan kopiah khas dari Gorontalo. Kebetulan, kata dia, Gorontalo merupakan daerah asal ayahnya, Razif Halik Uno. Ayahnya Habibie juga berasal dari Gorontalo.
Peci yang dirajut dari akar pohon mintu itu, menurut Sandiaga, melambangkan tenun kebangsaan. "Dirajut dan tidak boleh kita mengoyak rajutan. Karena begitu terkoyak susah dirajut kembali," kata dia.
Sandiaga melanjutkan, peci asal Gorontalo itu juga melambangkan sebuah simbol bahwa kepala harus tetap dingin. Sebab, ujar Sandiaga, peci tersebut bisa ditembus angin karena permukaan dari rajutan tersebut tidak rapat.
"Ventilasinya ada. Ini juga kepala kita kalau ada di politik, harus sejuk, harus tetap kepala dingin. Hati boleh galau tapi kepala harus dingin," ujarnya.
Sandiaga baru saja menyelesaikan santap siangnya bersama Habibie dan keluarganya. Ia diundang untuk makan shabu-shabu, makanan tradisional asal Jepang, karena ada seorang kerabatnya yang berulang tahun.
Sandi sendiri mengaku masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan mantan presiden tersebut. Ayahnya dan ayah Habibie merupakan sepupu dan sama-sama berasal dan lahir di Gorontalo.
FRISKI RIANA