TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mencoblos di tempat pemungutan suara 3, Kelurahan Pulo, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Di TPS ini, nama Joop Ave ada dalam daftar pemilih tetap. Padahal Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi era Presiden Soeharto ini telah lama meninggal dunia.
Dari DPT yang terpampang di depan TPS, nama Joop Ave berada di urutan ke-110. Pria yang lahir di Yogyakarta ini tertulis lahir pada 5 Desember 1934. Padahal Joop Ave telah meninggal di Singapura pada 5 Februari 2014.
Anggota Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kelurahan Pulo, Marthien Willem Hattu, mengatakan nama Joop Ave sebenarnya telah dicoret saat pencocokan dan penelitian. "Nama itu muncul saat sinkronisasi di KPU DKI Jakarta," ucap Willem saat ditemui di TPS 3, Rabu, 15 Februari 2017.
Baca juga:
Warga Jakarta Terbelah karena Pilkada, ini PR Cagub Terpilih
Curhat Ridwan Kamil soal Salam Jari Tengah: Itu Kemarahan...
Namun dia memastikan panitia tidak memberikan formulir C6 kepada Joop Ave. Jadi, meskipun nama tersebut ada, Joop Ave tidak akan memilih pada pilkada.
Sejumlah nama tenar akan mencoblos di TPS 3. Di sini, ada 360 nama dalam DPT. Selain Kalla, istri Kalla, Mufidah, dan dua anak Kalla akan mencoblos di TPS ini. Keduanya adalah Chairani dan Solihin Jusuf Kalla. Nama lain adalah Nadiem Makarim, yang merupakan CEO Go-Jek, dan mantan atlet bulu tangkis Liem Swie King.
Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan menuturkan, di Jakarta Selatan, ada 2.973 TPS. "Yang kategori rawan ada 112 TPS," kata Iwan saat meninjau TPS 3. Kategori rawan, ucap dia, bermacam-macam. Misalnya lokasi TPS jauh dari jangkauan markas kepolisian sektor atau TPS menjadi basis salah satu pasangan calon.
Untuk pengamanan, tutur dia, dua personel kepolisian akan berpatroli mengamankan delapan TPS. Sedangkan untuk TPS rawan, dua polisi mengamankan empat TPS. Pencoblosan dalam pemilihan kepala daerah serentak 2017 ini akan berlangsung pada pukul 07.00-13.00.
AMIRULLAH SUHADA
Simak juga: Hak Angket untuk Ahok Disebut Berujung Memakzulkan Jokowi