TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Indikator Politik Indonesia merilis survei bertajuk Dinamika Elektoral Jelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Survei yang digelar pada 2-8 Februari 2017 itu menguji faktor yang dinilai paling mempengaruhi masyarakat dalam memilih tiga pasangan calon.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin mengatakan pihaknya menyorot dua isu, yang dianggap bisa memprediksi pilihan pemilih.
Baca juga:
Pemenang Pilkada DKI Bakal Berpengaruh di Pilpres 2019
"Kami masukkan dua peristiwa yang punya efek, yaitu Al Maidah (kasus penistaan agama) dan debat Pemilihan Gubernur DKI," kata dia di kantor Indikator, Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 10 Februari 2017.
Populasi survei tersebut adalah seluruh warga DKI yang memiliki hak pilih. Jumlah respondennya mencapai 1000 orang yang dipilih ddengan metode stratified systematic sampling.
"Metodologi kami sedikit berbeda, karena daftar pemilih tetap sudah kami peroleh, dan itu memungkinkan kami menerapkan riset stratified systematic," kata Burhanuddin.
Dengan metode wawancara tatap muka, lembaga itu berhasil mewawancara 621 responden, atau sekitar 62,1 persen dari total responden yang tersebar di 230 kelurahan dan 621 RT di DKI.
Simak juga:
Debat Pilkada DKI, Ahok Bakal Dicecar Soal Penggusuran
Debat Pilkada DKI, dari Isu Perempuan sampai Anti-Narkoba
Dalam survei, terlihat bahwa isu penistaan Surat Al Maidah Ayat 51 oleh Basuki diketahui mayoritas warga DKI. Efeknya dinilai besar terhadap pilihan, karena hanya 8 persen dari total responden yang mengaku tak tahu terhadap kasus tersebut.
"Dan kami temukan (aspek) debat jadi predicter (penentu), terutama untuk Ahok (Basuki) dan Anies," kata Burhanuddin.
Menurut dia, kali ini Indikator lebih memperhatikan hasil debat kedua yang berlangsung pada 27 Januari lalu. "Kalau untuk hasil debat ketiga, tak sempat karena waktu yang sempit."
YOHANES PASKALIS