TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, sejumlah lembaga survei merilis hasil survei mengenai elektabilitas para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI. Hampir setiap survei menunjukkan hasil berbeda-beda.
Founder dan Chief Executive Officer PolMark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah, mengatakan ada sejumlah hal yang menentukan hasil survei elektabilitas pasangan calon di pilkada. Faktanya, dalam hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei, hampir selalu menunjukkan perbedaan.
"Yang membuat berbeda itu, pertama adalah soal waktu survei diadakan," kata Eep. Menurut dia, kapan waktu survei diadakan cukup mempengaruhi hasil survei.
Baca: Debat Pilkada DKI, SMRC: Ketiga Calon Tampil Lebih Baik
Selain soal waktu, menurut Eep, hal lain yang menjadi pembeda hasil survei adalah metodologi. Eep mencontohkan, metode survei multi stage random sampling dan stratified random sampling akan memunculkan hasil berbeda.
Hal lain yang bisa membuat hasil survei berbeda adalah jumlah responden dari masing-masing lembaga survei. Persoalannya, jumlah responden akan berpengaruh kepada margin of error dari hasil survei tersebut.
Meski begitu, Eep juga menjelaskan terkadang ada pihak-pihak yang memang melakukan manipulasi di hasil akhir surveinya. "Jadi di hilirnya, ketika hasil (survei) sudah keluar," ujarnya.
Menurut Eep, cara melakukan manipulasinya adalah dengan mengutak-atik angka di margin of error. Misalnya dengan margin of error plus-minus 2,9 persen, maka angka salah satu pasangan calon dinaikkan dan pasangan lain diturunkan, sesuai dengan angka margin of error tersebut.
Mengenai pilkada DKI Jakarta, Eep dan PolMark diketahui akan kembali melakukan survei soal elektabilitas paslon. Dia mengaku akan melakukannya di awal Februari nanti, setelah melakukan survei pada 12 Januari 2017.
Dari hasil survei PolMark terkait dengan pilkada DKI, pasangan Anies-Sandi berada di posisi elektabilitas teratas dengan persentase 25,3 persen. Menyusul pasangan Agus-Sylvi sebesar 23,9 persen dan pasangan Ahok-Djarot sebesar 20,4 persen. Jauh berbeda dengan hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia bentukan Denny J.A. Lembaga itu merilis bahwa pasangan Anies-Sandi berada di posisi buncit dengan perolehan suara 21,4 persen. Pasangan Agus-Sylvi unggul dengan 36,7 persen, disusul pasangan Ahok-Djarot hasil 32,6 persen.
DIKO OKTARA