TEMPO.CO, Jakarta - Tiga calon Gubernur Jakarta bakal melakukan debat pilkada DKI kedua pada Jumat, 27 Januari 2017 pukul 19.30-22.00 WIB. Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI menetapkan Hotel Bidakara di Jakarta Selatan menjadi lokasi debat.
Baca juga:
Debat Pilkada DKI, Tiga yang Baru Dibanding Debat Sebelumnya
Debat Pilkada DKI, Ini Alasan KPU Pilih Tema Birokrasi
Debat Kedua Pilkada DKI, Begini Pembagian Segmetasinya
Debat pilkada DKI kedua ini akan disiarkan secara langsung oleh 12 stasiun televisi. Tema debat adalah reformasi birokrasi, pelayanan publik, dan penataan kota.
Sejumlah pengamat yang dihubungi Tempo menilai tema debat kedua ini menguntungkan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful. Mereka diperkirakan unggul.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Roy Valiant Salomo, mengatakan pasangan nomor dua unggul karena dua dari tiga tema itu berkaitan dengan pengalaman mereka selama satu periode memimpin Jakarta. Tema tersebut adalah reformasi birokrasi dan pelayanan publik. “Mereka sudah ada hasilnya,” kata Roy, Kamis, 26 Januari 2017.
Aplikasi Qlue, ujar dia, salah satu contoh sukses Basuki alias Ahok dalam melayani publik. Ia mengatakan, dengan aplikasi ini, masyarakat bisa menyampaikan semua persoalan di lingkungan rumah mereka melalui telepon selulernya. Pemerintah, ujar dia, meresponnya dengan cepat. “Ini yang bikin masyarakat gembira karena sebelumnya tak ada.”
Soal reformasi birokrasi, Ahok juga berhasil. Roy mengatakan cara Ahok mengganti kepala dinas yang bermasalah, kemudian membangun sistem, menunjukkan hasil. Buktinya, kata dia, pemerintah daerah menerima penghargaan dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional karena merencanakan anggaran dengan baik.
Di bawah Ahok, pemerintah Jakarta memang membangun sistem anggaran transparan yang serba elektronik, dari e-Budgeting, e-Planning, hingga e-Musrenbang. Tujuannya agar tidak ada penyimpangan ketika menyusun anggaran.
Sebaliknya, karena belum punya pengalaman, menurut Roy, Agus Harimurti Yudhoyono akan mengalami kesulitan dalam debat nanti.
Untungnya, kata dia, Agus punya Sylviana Murni, yang bisa mengimbangi debat nanti karena berpengalaman, baik sebagai birokrat maupun paham persoalan tata kota dan pelayanan publik.
Meski demikian, menurut pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, Agus-Sylviana dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno bisa mengimbangi dengan menyerang program-program Ahok yang lemah. Lebih bagus lagi kalau mereka bisa memberikan gagasan baru yang menarik.
Misalnya, kata dia, di bawah kepemimpinan Ahok banyak kepala dinas di DKI yang tidak sesuai dengan bidangnya. “Pelayanan rumah susun yang bermasalah juga,” katanya. Agus dan Anies, menurut dia, dapat memberikan gagasan alternatif yang lebih baik.
Sisi lemah Ahok lain yang tampaknya akan digempur Agus dan Anies adalah masalah tata kota. Nirwono menilai tata kota di Ibu Kota masih semrawut. Penegakan hukum tata kota seperti perkara reklamasi yang dihentikan sementara dan penggusuran, lebih banyak mengorbankan masyarakat kecil. “Kalau Anies dan Agus menolak reklamasi, harus dijabarkan konsekuensi hukumnya juga.”
Sebenarnya, kata Nirwono, Anies, yang juga punya pengalaman di pemerintahan, akan mampu mengimbangi Ahok. Dia mengapresiasi gagasan mantan Menteri Pendidikan itu mengenai peremajaan kota dan pembangunan yang lebih humanis. Hanya, menurut dia, Anies perlu mengkonkretkan gagasannya agar dapat menarik simpati masyarakat luas.
Saran agar Anies lebih membumikan gagasannya disampaikan pula oleh pengamat perkotaan dari Universitas Indonesia, Hendricus Andy Simarmata. Dia mencontohkan ide Anies soal memanusiakan pegawai. “Tapi itu perlu dikonkretkan,” katanya.
Hendrikus juga menilai Ahok akan menguasai debat kedua. Alasannya, Ahok sudah banyak memberi bukti, antara lain menaikkan gaji pegawai DKI. “Hasilnya, pelayanan bagus,” ujarnya mengomentari rencana debat pilkada DKI kedua.
ERWAN HERMAWAN