TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki elektabilitasnya yang anjlok hingga 27,1 persen pada Desember tahun lalu, versi Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. "Saat ini elektabilitasnya merangkak naik menjadi 32,6 persen pada Januari 2017," kata peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, di kantornya, Selasa, 24 Januari 2017.
Ardian mengatakan penyebab elektabilitas Ahok naik adalah sejak adanya perubahan gaya komunikasi mantan Bupati Belitung itu. Menurut dia, kalimat yang dilontarkan Ahok tidak sekasar dulu.
Selain itu, Ahok menempatkan diri, seolah-olah menjadi korban kriminalisasi penistaan agama. "Seolah-olah saya tidak salah, saya dikriminalisasi, sehingga masyarakat Jakarta kasihan," ucap Ardian.
Baca: LSI: Play Victim Bisa Naikkan Elektabilitas Ahok
Apalagi Ahok juga telah meminta maaf kepada umat muslim jika pernyataannya dianggap menghina agama. Bagi sebagian kelompok, permohonan maaf Ahok telah diterima, kemudian mendukung Ahok. Namun, bagi kelompok pembenci Ahok, ini adalah kesempatan untuk melawan Ahok.
Apalagi para kelompok anti-Ahok merasa terbantu dengan aksi-aksi yang digelar Front Pembela Islam (FPI). "Kalau saya melihat, selama ini FPI tidak akan besar ketika tidak ada kasus Ahok," tuturnya. "Dengan adanya kasus Ahok, masyarakat mengidentifikasi FPI mampu memperjuangkan umat Islam."
Sebelumnya elektabilitas Ahok merosot hingga 27,1 persen pada Desember tahun lalu. Padahal, pada Maret 2016, elektabilitasnya mencapai 49,1 persen atau hampir tak terkejar oleh dua pesaingnya. Diperkirakan elektabilitas Ahok akan kembali merangkak naik jika ia terus memperbaiki sentimen negatif masyarakat terhadapnya.
Tugas Ahok saat ini adalah harus mengikis sentimen negatif umat muslim terhadap dirinya. Sebab, data LSI Denny JA menunjukkan ada 65,7 persen warga muslim Jakarta yang percaya Ahok menistakan agama Islam. "Ahok akan sangat diuntungkan jika jumlah muslim yang menganggap dia menista agama mengecil."
Hal ini karena pemilih muslim sangat menentukan kalah-menangnya seorang calon gubernur DKI Jakarta. Pemilih muslim Jakarta mencapai 85 persen dari total jumlah pemilih. Artinya, Ahok masih mempunyai pekerjaan besar selama tiga minggu terakhir untuk mengubah pola pikir masyarakat yang sebelumnya menudingnya sebagai penista agama.
AVIT HIDAYAT