TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi ll Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Hetifah Sjaifudian mengatakan keterwakilan perempuan dalam Pilkada Serentak 2017 jumlahnya masih sedikit. Ia menilai umumnya selama ini perempuan terpilih di level legislatif atau eksekutif lantaran faktor kekerabatan dengan seseorang yang pernah menjadi anggota kedua lembaga itu.
“Saya mendorong keterwakilan perempuan,” ujar Hetifah di Jakarta, Senin, 27 November 2016. Menurut dia, keterwakiln perempuan akan mampu melindungi dan menyuarakan aspirasi perempuan di Indonesia.
Daya Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat pada pilkada 2017 hanya ada 44 perempuan yang berpartisipasi dalam pilkada. Mereka kini bersaing di 28 kabupaten, 9 kota, dan 4 provinsi. Hetifah menilai jumlah itu tergolong sedikit karena pada Pilkada Serentak 2017 dilangsungkan di 101 daerah.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraeni mengatakan keterwakilan perempuan dalam pilkada pada 2017 mengalami penurunan dibanding pilkada sebelumnya. Pada 2015 pilkada dilangsungkan di 265 daerah. Ia mengatakan ada 123 calon perempuan di pilkada lalu. Apabila dibandingkan pada pilkada 2017, jumlah calon perempuan menurun 0,3 persen.
Titi menilai profil 44 calon perempuan pada Pilkada Serentak 2017 didominasi dari tiga latar belakang. Ia menyebut di antaranya adalah bekas legislator, kader partai, dan jaringan kekerabatan. Namun ada pula beberapa latar belakang dari para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah perempuan. “Petahana, pengusaha, purnawirawan PNS, aktivis, akademisi, dan eks kepala daerah,” ujarnya.
DANANG FIRMANTO