TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan warga RW 06, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, menolak kedatangan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta inkumben, Djarot Saiful Hidayat, Senin, 14 November 2016. Salah seorang warga, Fatur, 40 tahun, mengatakan penolakan itu dilakukan karena warga merasa sakit hati terhadap penistaan agama oleh calon Gubernur DKI inkumben, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Fatur menampik alasan penolakan itu karena ada unsur politis ataupun perwakilan anggota organisasi masyarakat Islam tertentu. "Karena ini soal penistaan agama, karena dia (Djarot) wakilnya, berarti idenya sama. Kita bukan berpolitik," ucap Fatur.
Berdasarkan pantauan Tempo, saat Djarot memasuki wilayah RW 06, puluhan warga telah memblokir jalan menggunakan berbagai benda, seperti kayu dan alat naik semacam tangga. Dorong-mendorong antaraparat keamanan dan warga yang menolak pun tak terhindarkan. Satu sepeda motor warga pun terjatuh.
Baca: Survei Lembaga Sinergi Data: Elektabilitas Ahok-Djarot Turun
Teriakan Allahuakbar dikumandangkan warga sembari mengusir mantan Wali Kota Blitar itu. Spanduk bertuliskan “Dilarang!! Penista agama masuk wilayah kami” juga tampak terpasang sebagai salah satu bentuk penolakan.
Fatur mengaku tak menginginkan Ahok-Djarot kembali memimpin Ibu Kota. Dia mengharapkan pemimpin muslim dan yang tidak menggusur rumah warga. Penggusuran, menurut Fatur, merupakan sebuah penghinaan. Alhasil, banyak warga merasa sakit hati atas keputusan Ahok itu. "Jelas, saya tidak memilih dia. Pemimpin arogan begitu," ujar Fatur.
Warga RW 06 lain, Muhamad Rio, juga menolak kedatangan Djarot karena menganggap Ahok telah menistakan agama Islam. Warga bahkan telah bersiap menghadang Djarot sejak pukul 06.00 WIB. "Kita tidak mau dinodai. Saya enggak mau sampai dua-duanya datang ke sini," tutur Muhamad.
Simak: Ahok Sulap Rumah di Menteng Menjadi Balai Kota Kedua
Djarot sendiri dijadwalkan blusukan ke Karanganyar dan Pasar Baru. Kepala Resor Jakarta Pusat Komisaris Besar Dwiyono mengatakan telah mengerahkan sekitar 200 personel untuk mengamankan blusukan Djarot. Pasukan itu merupakan gabungan dari kepolisian daerah, resor, dan sektor setempat. Adapun aparat keamanan tersebar di beberapa titik. "Semua pasangan diperlakukan sama," ujar Dwiyono.
LANI DIANA | KUKUH