TEMPO.CO, Jakarta - Elektabilitas calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama dan pasangannya, Djarot Saiful Hidayat, menurun. Berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Survei Sinergi Data Indonesia, elektabilitas Basuki-Djarot kini pada angka 35,23 persen. Pada Februari lalu, pasangan ini memiliki elektabilitas 39 persen.
Meski demikian, Direktur Lembaga Survei Sinergi Data Indonesia Barkah Pattimahu mengatakan elektabilitas Basuki-Djarot masih tetap paling tinggi dibandingkan dengan dua pasangan calon lainnya, Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Untuk pasangan Anies-Sandiaga, tingkat elektabilitasnya mencapai 20,23 persen. Sedangkan pasangan Agus-Sylvi sebesar 17,04 persen. Adapun 27,50 persen responden belum menentukan pilihan.
Barkah mengatakan lembaganya juga melakukan survei khusus tingkat kesukaan warga Jakarta terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Hasil survei menyatakan kesukaan warga Jakarta terhadap Ahok terus menurun. Menurut Barkah, kesukaan responden terhadap Ahok saat ini sebesar 59,59 persen.
Jumlah itu turun dibanding survei pada Februari 2016, yang mencatat hasil tingkat kesukaan terhadap Ahok sebesar 74,20 persen. “Kasus Ahok, jika terpublikasi media secara masif, suara Ahok akan turun,” katanya di kantornya, Ahad, 13 November 2016.
Barkah mengatakan survei dilakukan terhadap 500 responden warga Jakarta pada 21-28 Oktober 2016. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin error sebesar 4,47 persen. Ia mengatakan survei dilakukan dengan cara wawancara tatap muka menggunakan kuesioner.
Pengamat politik Aditya Perdana mengatakan suara Ahok kemungkinan akan menurun apabila kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan naik menjadi penyidikan. Artinya, Ahok bakal ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus itu. Selain itu, apabila kasus Sumber Waras dan reklamasi terus digaungkan, bisa menurunkan elektabilitas Ahok. “Kalau diserang terus pasti akan terus turun,” ujarnya.
Menurut Aditya, untuk pilkada DKI Jakarta ini, Ahok tidak akan melenggang satu putaran meski hasil survei tetap menyatakan Ahok unggul. Bahkan, apabila Ahok ditetapkan sebagai tersangka pun, pilkada DKI Jakarta berpotensi dua putaran.
DANANG FIRMANTO