TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengaku ingin menata pasar tradisional di Jakarta supaya nyaman bagi para pembeli dan penjual. "Pasar seperti ini, ketika hujan, pembeli merasakan sekali betapa repotnya harus belanja," kata Anies saat meninjau Pasar Bambu Kuning, Jakarta Utara, Senin, 31 Oktober 2016.
Anies mengungkapkan, rencana penataan itu tidak selalu diartikan dengan relokasi. Menata, kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, bisa dilakukan dengan mempermudah akses, seperti parkir, serta memudahkan pembeli dan penjual dalam bertransaksi. Menurut Anies, yang terpenting ialah melakukan pendampingan bagi para pedagang dalam hal mengelola keuangan agar usahanya tumbuh dan berkembang. "Jadi jangan sampai 30 tahun dagang sama saja kondisinya," ujarnya.
Selain itu, kata Anies, penataan pasar tradisional dapat membuat potensi kunjungan pembeli yang kian besar. Dia juga berharap pasar yang rapi dan nyaman bisa dijadikan tempat berinteraksi bagi pedagang dan pembeli. Sebab, para pembeli datang ke pasar tak sekadar untuk berbelanja, tapi juga buat berinteraksi dengan komunitasnya.
Dalam kunjungannya ke pasar tradisional Bambu Kuning, Anies tampak menyambangi setiap kios di sana. Dari kios kue-kue, sayuran, hingga daging. Anies juga menyempatkan diri berinteraksi dengan para pedagang dan tak segan membeli dagangan mereka. Dia membeli satu kilogram udang peci, tempe, dan kue cucur.
Adapun ketika berinteraksi dengan para pembeli, Anies menerima keluhan mengenai harga bahan kebutuhan pokok yang mahal. Anies menilai penyebab mahalnya harga bahan pokok adalah jaringan distribusi yang tidak sesuai. Karena itu, kata dia, ketika sampai di pasar tradisional, harga beras, cabai, bawang, dan telur menjadi tinggi. "Pemerintah harus turun tangan menangani soal suplai kebutuhan pokok," ujarnya.
FRISKI RIANA