TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok keluar dari rumah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri pada Selasa, 20 September 2016, malam.
Mobil Ahok tampak keluar sekitar pukul 18.45 WIB lewat pintu samping. Ia tak memberi komentar banyak. "Tunggu nanti di DPP," katanya. "Belum, nanti tunggu DPP. Tadi cuma ngomong, begitu saja."
Ahok mengatakan pertemuannya dengan Megawati didampingi semua ketua dewan pimpinan pusat (DPP), termasuk Djarot Saiful Hidayat. Kemudian, Ahok kembali menuju Balai Kota, bukan ke kantor DPP yang berada di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
"Enggak ke DPP. Jam 8 nanti. Sekarang saya mau pulang kantor. Saya enggak tahu hasilnya. Tunggu pengumuman dulu. Saya enggak tahu," tuturnya.
Ahok mengatakan keputusan masih berada di tangan DPP PDIP. Ia sendiri masih harus menunggu hingga pengumuman. "Saya dengerin saja. Ada yang bilang saya ngomong terlalu banyak," ucapnya.
Ahok mengatakan, sekitar pukul 19.30, Ketua DPP PDIP Bidang Keanggotaan dan Organisasi Djarot Saiful Hidayat sudah tahu keputusan DPP nanti. Selain itu, masih ada 101 calon yang akan diusung PDIP.
"Enggak ada (calon lain), mereka cuma datang dengerin ngomong apa ngomong apa," kata Ahok.
Sesampai di Balai Kota, Ahok menunjukkan secarik kertas berisi Dasa Prasetya PDIP. Hal itu merupakan arahan umum perjuangan partai dalam menerapkan ideologi Pancasila, 1 Juni 1945. Dasa Prasetya berarti sepuluh janji kesetiaan, yang berisi 10 (sepuluh) butir pemikiran kebangsaan mengenai usaha pemberdayaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
"Tahu enggak apa yang mau diperjuangkan PDIP? Dasar Prasetya PDIP sudah gue lakuin, seperti begini. Udah gue lakuin kayak gini, bebas biaya berobat, pendidikan," ujarnya.
LARISSA HUDA