TEMPO.CO, Tulungagung - Kemenangan Syahri Mulyo dalam pemilihan Bupati Tulungagung periode 2018 – 2023 tak bisa dilepaskan dari peran relawan. Meski berstatus tahanan KPK, Syahri Mulyo mampu mengalahkan ketua umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) non aktif Margiono dengan selisih suara cukup besar. “Itu sesuai dengan prediksi kami,” kata Kristiono Joni, koordinator tim relawan pasangan Syahri Mulyo – Maryoto Bhirowo kepada Tempo, Kamis 28 Juni 2018.
Penahanan Syahri Mulyo oleh lembaga anti rasuah pada tanggal 9 Juni 2018, atau beberapa minggu sebelum pemungutan suara serentak tak mengubah peta pemilihan Bupati Tulungagung. Syahri Mulyo unggul dengan meraup 322.577 suara atau 61,30 persen.
Baca:
Bupati Tulungagung Bantah Melarikan Diri saat ...
KPK: Kasus Suap Bupati Tulungagung Tak ...
Perolehan suara itu memang menurun dari yang diperhitungkan. Namun tak lebih dari dua persen saja. Hal ini diduga akibat penetapan Syahri Mulyo sebagai tersangka korupsi pemberian janji kepada pihak ketiga yang menyeret Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tulungagung.
Joni menambahkan relawan terdiri dari kader partai pengusung, yakni PDIP dan Nasdem, serta masyarakat luas yang mengorganisir diri. Banyaknya jumlah relawan ini melampaui tim pemenangan partai. Relawan memiliki 12.800 tenaga saksi, sedangkan partai hanya 3.000 orang. “Tiap TPS kami kawal tujuh orang,” kata Joni.
Tak hanya pekerjaan di hari pencoblosan, kinerja tim pemenangan dan relawan ini juga masif sejak jauh hari. Mereka juga rijik menentukan tema kampanye yang bisa ditangkap masyarakat dengan mudah dan konkrit, sekaligus menyatukan komitmen mereka terhadap kandidat. Hingga diputuskan mengusung tema keberhasilan pemerintahan Syahri Mulyo – Maryoto Bhirowo (SAHTO) selama lima tahun terakhir.
Baca: Kirim Pesan Video, Bupati Tulungagung: Saya ...
Sejumlah program unggulan seperti seragam sekolah gratis, prestasi RSUD Dr Iskak yang mencapai internasional, serta pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat menjadi isu utama yang digulirkan setiap hari. “Selain profil Syahri Mulyo yang merakyat dan pandai berkomunikasi dengan masyarakat. Itu modal utama,” kata Joni.
Selama menjadi Bupati Tulungagung, Syahri memang pandai membawa diri. Pola komunikasi formal dia tinggalkan agar bisa masuk masuk ke seluruh pelosok Tulungagung dengan dekat. Tak heran jika sosok Syahri Mulyo kerap dijumpai di sawah, pasar, atau pun tempat umum untuk berbincang dengan warga.
Bahkan saat mendengar kabar Syahri Mulyo ditahan KPK, tak sedikit warga pinggiran terutama ibu-ibu yang menangis. Mereka masih menyimpan keyakinan jika sang bupati terjerat kasus korupsi, dan suatu saat akan kembali memimpin Tulungagung. “Transformasi tema kampanye kita berhasil ditangkap masyarakat dengan baik, lepas dari kinerja kandidat yang memang terbukti baik,” jelas Joni.
Baca: KPK: Bupati Tulungagung Belum Menyerahkan Diri
Tim relawan dan partai juga gesit menguasai situasi saat Syahri Mulyo ditahan KPK. Sadar hal itu akan dikapitalisasi lawan, mereka bekerja keras meyakinkan masyarakat bahwa Syahri adalah korban politik. Itu dikuatkan dengan tersebarnya video pernyataan Syahri Mulyo sesaat sebelum menyerahkan diri ke KPK, dan menyatakan sebagai korban politik. Syahri juga meminta para relawan untuk terus berjuang memenangkan wakilnya Maryoto Bhirowo.
Bendahara tim pemenangan PDIP Tulungagung Heru Santoso mengatakan, penahanan Syahri Mulyo tak banyak mempengaruhi kepercayaan pemilih. Partai hanya menggeser jargon kampanye dari Syahri Mulyo kepada Maryoto Bhirowo. “Dulu Sahto, sekarang Mbah To (Maryoto Bhirowo),” ungkapnya.
Senada dengan Joni, Heru Santoso juga melihat kepercayaan publik pada kepemimpinan Syahri Mulyo tak bisa ditawar. Masyarakat sudah terlalu mencintai Syahri Mulyo, dan berharap kelak bisa kembali menjadi Bupati Tulungagung.