TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan peluang PDI Perjuangan atau PDIP untuk menguasai pemilihan kepala daerah alias pilkada serentak di Jawa sangat tipis. Ferry mengatakan juru selamat PDIP adalah elektabilitas Joko Widodo atau Jokowi.
Namun, Ferry mengatakan kali ini faktor Jokowi menjadi penyelamat PDIP dalam pilkada serentak sangat kecil. Sebab, berbeda dengan pemilihan presiden 2014, Ferry melihat elektabilitas Jokowi saat ini terus turun. "Dulu kebetulan saja ada faktor Jokowi sehingga elektabilitas PDIP 18 persen," kata Ferry, ketika dihubungi Selasa, 26 Juni 2018. "Tapi elektabilitas Jokowi sekarang terus turun maka PDIP pun juga dipastikan akan terpengaruh."
Baca: SBY Tuding Tiga Lembaga Negara Tidak Netral, PDIP: Jangan Asal Tuduh.
Penurunan tersebut, kata Ferry, bisa dilihat dari calon gubernur yang diusung PDIP di Jawa Barat yaitu TB Hasanuddin dan Anton Charliyan. Beberapa lembaga survei menyebut tingkat keterpilihan pasangan ini berkisar pada angka lima persen. Jauh dari kandidat lainnya.
Bahkan, Ferry mengatakan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah yang mereka usung dalam Pilkada Jawa Tengah tetap punya peluang menang. Meski calon dari PDIP yaitu Ganjar Pranowo-Taj Yasin diunggulkan oleh sejumlah lembaga survei. "Kalaupun PDIP unggul, mereka hanya menang tipis," kata Ferry.
Menurut Ferry, lewat pilkada serentak ini, Gerindra punya peluang besar untuk merebut posisi PDIP. "Bagi Partai Gerindra, momen ini menjadi peluang untuk menggeser PDIP sebagai partai terbesar," kata Ferry.
Simak: PDIP Akui Bakal Sulit Menang Pilkada Serentak di Jawa.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno membeberkan kans kemenangan dalam pilkada serentak 2018 di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Hendrawan mengakui PDIP kesulitan memenangkan pilkada serentak di ketiga provinsi besar ini. Di Jawa Barat, misalnya, Hendrawan mengatakan peluang untuk menang cukup berat." Elektabilitas pasangan calon kami terus naik, mudah-mudahan tidak mengecewakan meski kans menang memang berat," kata Hendrawan kepada Tempo, Senin, 25 Juni 2018.