TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo-Taj Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziyah terus berupaya mendongkrak elektabilitas dalam tiga pekan terakhir masa kampanye. Program andalan seperti Kartu Tani semakin digembor-gemborkan untuk menarik suara pemilih.
Hingga kemarin, pasangan nomor urut dua, Sudirman Said-Ida Fauziyah, sepakat bakal langsung menghapus program Kartu Tani begitu menduduki kantor gubernur. Menurut Sudirman, program yang digagas sejak 2015 oleh inkumben ini justru menyusahkan petani karena tak ada sosialisasi.
Baca: Survei Pilgub Jateng: Ganjar Pranowo-Taj Yasin Unggul
“Yang pertama kami lakukan mencabut Kartu Tani. Kami ganti dengan program Petani Mandiri yang lebih mudah,” kata Sudirman, akhir pekan lalu, dalam acara buka puasa bersama sejumlah komunitas masyarakat di Semarang.
Program Kartu Tani digagas oleh Gubernur Ganjar Pranowo untuk mendistribusikan pupuk bersubsidi kepada petani di Jawa Tengah, yang selama ini kerap dijual kepada yang tidak berhak. Saat diluncurkan, Ganjar punya visi kartu bank ini tidak hanya dapat digunakan untuk menebus pupuk sesuai dengan kuota, tapi juga layanan bantuan perbankan lain bagi petani. Hingga Desember 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mencatat sekitar 2,1 juta petani di Jawa Tengah mendapatkan layanan Kartu Tani yang bekerja sama dengan sejumlah bank.
Dalam perjalanannya, program ini banyak dikeluhkan para petani karena gagap teknologi. Penjual pupuk bersubsidi keberatan karena tak mengerti menggunakan mesin gesek dan hanya boleh menjual kepada pemilik kartu, sementara petani keberatan karena harus tergabung dalam kelompok tani untuk mendapat layanan ini. Program ini lalu banyak diperbincangkan selama masa kampanye karena 65 persen penduduk Jawa Tengah hidup dari pertanian.
Baca: Begini Ganjar Pranowo dan Ida Fauziyah Tanggapi Video Kemiskinan
Sudirman mengatakan konsep Kartu Tani akan direvisi total agar ramah terhadap petani yang gagap teknologi. “Program Petani Mandiri juga memungkinkan ada tunjangan untuk petani agar bisa pensiun,” kata mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini kepada Antara.
Pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin berpendapat sebaliknya. Ganjar mengatakan Kartu Tani amat bermanfaat karena distribusi pupuk menjadi tepat sasaran. Menurut dia, sejak dulu petani di Jawa Tengah mengeluh kekurangan pupuk saat masa tanam. Setelah dicek, hal ini terjadi karena distributor menjual pupuk secara terbuka. “Kartu ini juga menjadi identitas mereka. Kalau ini dicabut, berarti mereka yang tidak punya sawah bisa beli pupuk,” kata dia.
Tak hanya itu, menurut Ganjar, program ini menjamin adanya pemberdayaan petani lewat kelompok tani. Mengenai teknologi, pengecer pupuk telah dibolehkan menjual tunai kepada petani asalkan sesuai dengan kuota dan tercatat meski hanya di atas kertas. “Ini salah satu cara menuju modernisasi pertanian,” kata dia.
Ganjar Pranowo mengklaim program rintisannya ini sukses. Buktinya, sejak diterapkan di Jawa Tengah tiga tahun lalu, Kartu Tani telah diadopsi menjadi program nasional oleh Kementerian Pertanian. Setidaknya 17 provinsi lain belajar ke Jawa Tengah dalam penerapan Kartu Tani.