TEMPO.CO, Semarang - Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said mengaku banyak mengalami tekanan dan ketidakadilan dalam pilgub Jateng 2018. Namun dia mengatakan kondisi itu tak menyurutkan semangat kader dan simpatisannya.
"Mulai dilarang naik mimbar di beberapa tempat sampai diminta menghentikan pidato," kata Sudirman Said di Semarang, Ahad, 27 Mei 2018.
Baca: Survei: Loyalis Jokowi Tergerus ke Sudirman-Ida Fauziyah
Bahkan, menurut dia, tidak sedikit keluhan panitia pengawas dan petugas lapangan yang bekerja dalam tekanan oleh penguasa atau kepala daerah yang berbeda pilihan.
Meski demikian, menurut dia, kondisi tersebut justru makin meningkatkan semangat serta militansi kader, simpatisan, dan relawan untuk mensosialisasi pasangan Sudirman-Ida Fauziah ke masyarakat.
Ia menuturkan keinginan masyarakat Jawa Tengah akan terjadinya perubahan jangan sampai dicederai oleh kecurangan. Ia juga meminta masyarakat mewaspadai kecurangan yang mungkin terjadi saat pilgub Jateng.
"Dalam waktu dekat, akan kami sampaikan temuan atas upaya-upaya mencederai demokrasi ini," ujarnya. Ia juga meminta upaya-upaya praktik politik uang dan politik sembako diwaspadai.
Baca: Sudirman Said Ingin Jawa Tengah Jadi Rumah Bersama Para Santri
"Harus sama-sama dicegah, agar demokrasi di Jawa Tengah berkualitas. Hanya demokrasi berkualitas yang akan menghasilkan pemimpin yang baik," tutur Sudirman.
Selama berkeliling ke berbagai daerah di Jawa Tengah, ia mengaku menangkap keinginan kuat masyarakat agar terjadi perubahan kepemimpinan. "Selama setahun terakhir saya berkeliling Jawa Tengah, muncul keinginan kuat masyarakat akan terjadinya perubahan di Jateng," katanya.
Kondisi tersebut, ucap Sudirman, bertolak belakang dengan hasil lembaga-lembaga survei yang berlomba mematikan harapan perubahan di provinsi itu.