TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil gubernur Dedi Mulyadi menilai pemahaman Hari Kartini di masyarakat terlalu eksklusif. Hari Kartini dianggapnya hanya diperingati secara seremonial.
"Hari Kartini biasanya dilakukan pejabat dengan upacara dimana peserta perempuannya berdandan dulu di salon," kata Dedi saat ditemui di daerah Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Sabtu, 21 April 2018.
Baca: Dedi Mulyadi Ngobeng Balong Biar Kampanye Enggak Tegang
Padahal, menurut Dedi, sosok Kartini merupakan penggerak ekonomi, tanpa harus memiliki kedudukan formal. Ini selaras dengan kenyataan di sejumlah pasar-pasar dimana mayoritas pedagang adalah wanita, area pertanian juga didominasi wanita. "Karenanya kita harus memberi kemuliaan kepada mereka," katanya.
Baca: Tim Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi Bicara Soal Elektabilitas
Menurut Dedi, cara berpihak pada kaum Kartini gampang dilakukan, yakni dengan menurunkan harga sembako, dan meningkatkan produktivitas perempuan.
"Sehingga beban kaum perempuan menurun. Depresi mereka jadi rendah. Harga telur, terigu, minyak goreng turun, harus tumbuh produktivitasnya," ujarnya.