TEMPO.CO, Tulungagung- Tim Cyber Kepolisian Resor Tulungagung menindak akun-akun media sosial yang memprovokasi pemilihan kepala daerah (pilkada). “Aktivitas di media sosial menjelang pelaksanaan pilkada Tulungagung mulai mengkhawatirkan,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tulungagung Ajun Komisaris Mustijat Priyambodo kepada Tempo, Rabu 11 April 2018.
Sedikitnya 240 akun yang memungkinkan untuk dinonaktifkan karena memuat isu tentang suku, ras, agama, dan antara golongan (SARA), ujaran kebencian, dan hoaks. Di luar angka itu, ada 124 akun lainnya yang diawasi polisi. “Isu itu berpotensi mengancam keamanan.”
Baca:
Maju Pilkada Tulungagung, Ketua PWI Margiono Gemar ...
Margiono Tolak Sesi Tanya Jawab di Debat ...
Polisi memantau aktivitas di media sosial itu melalui patroli cyber. Tanpa menunggu laporan masyarakat polisi bisa menangkap pemilik akun yang menyebar hoaks, isu SARA, dan ujaran kebencian untuk kampanye hitam. Warganet pendukung masing-masing kandidat diminta berhati-hati menggunakan media sosial untuk berkampanye.
Kapolres Tulungagung Ajun Komisaris Besar Taufik Sukendar mengatakan 240 akun media sosial yang menyebarkan isu SARA, ujaran kebencian, dan hoaks untuk kampanye hitam ditengarai milik pribadi maupun kelompok yang berjejaring dan memproduksi berita meresahkan. Angka itu cukup besar untuk wilayah kabupaten seperti Tulungagung. Ia meminta masing-masing kandidat agar aktif mengawasi pergerakan tim sukses di media sosial dan berkoordinasi dengan polisi.
Sebelum mengawasi dan menonaktfikan akun-akun di media sosial, Polres Tulungagung telah mensosialisasikan gerakan sehat bermedsos dengan komunitas warganet. Mereka juga telah membuat komitmen bersama untuk tidak menggunakan media sosial sebagai ajang kampanye hitam dalam kepentingan pilkada.
Baca: Pilkada 2018, SBY Pimpin Konsolidasi Pemenangan ...
Joni Kristianto, salah satu relawan pendukung pasangan inkumben Syahri Mulyo – Maryoto Birowo mengapresiasi langkah Kepolisian. perang urat syaraf di media sosial, menurut dia sudah sangat tidak sehat dan saling menjatuhkan disertai ujaran kebencian. “Lebih cerdas menunjukkan program daripada menjelek-jelekkan lawan,” katanya.
Dia mengakui masing-masing kandidat sama-sama memanfaatkan media sosial sebagai ajang kampanye untuk berinteraksi secara langsung dengan calon pemilih tanpa jarak. Namun Joni mengklaim para relawan pasangan nomor urut dua yang didukungnya tidak pernah menabrak etika bermedsos. Polisi diminta bersikap fair dan tegas dalam menjalankan patroli cyber ini sehingga bisa dipatuhi kedua pihak pendukung peserta pilkada.