TEMPO.CO, Delitua - Parhobas terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat di luar Sumatera Utara. Calon gubernur Sumatera Utara yang diusung PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat memakai kata tersebut dalam kampanyenya.
Menurut Djarot, istilah dari etnik Batak itu merupakan kata yang maknanya melayani dengan hati dalam menjalankan pembangunan. Konsep kepemimpinan melayani tersebut disampaikan Djarot dalam kampanye dan deklarasi dukungan seniman Karo di lapangan sepak bola Kecamatan Delitua, Kabupaten Deliserdang, Kamis, 5 April 2018.
Calon gubernur yang berpasangan dengan Sihar Sitorus tersebut mengatakan kepemimpinan parhobas dibutuhkan untuk mengayomi masyarakat Sumatera Utara yang multietnis dan multikultur. Dampaknya, seluruh potensi Sumatera Utara bisa dikembangkan hingga menjadikan daerah ini disegani di Tanah Air. Itu juga dikaitkan dengan realiasasi semboyan Sumatera Utara “Semua Urusan Mudah dan Transparan”.
Dalam kampanyenya, Djarot merasa bangga dengan dukungan dari warga, termasuk sambutan secara adat Karo dari kalangan seniman dan tokoh masyarakat Delitua. Para seniman itu menyematkan “bekabuluh” yakni selempang khas etnis Karo ke bahu Djarot Saiful Hidayat, serta penaburan “beras pijet” sebagai bentuk doa keberkahan dan kesuksesan.
Masyarakat Delitua kemudian menghidangkan "nurung arsik" atau ikan mas yang dimasak khusus sebagai bentuk pelayanan kepada seorang pemimpin.
Setelah menerima nurung arsik, Djarot Saiful Hidayat bercanda mengenai pengalaman yang kurang mengenakkan ketika dihidangkan ikan mas bersama wakilnya Sihar Sitorus.
"Kemarin, kami diberikan ikan mas, tapi (dalam media sosial) diganti dengan kepala babi," katanya disambut tawa warga yang menghadiri kampanye tersebut.
ANTARA