TEMPO.CO, Surabaya - PolMark Indonesia merilis hasil survei pemilihan gubernur Jawa Timur 2018. Hasil survei itu menunjukkan elektabilitas pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno unggul dari pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak.
"Posisi Gus Ipul-Puti tertinggi 42,7 persen, sedangkan Khofifah-Emil 27,2 persen," kata Direktur Riset Polmark Indonesia, Eko Bambang Subiantoro, saat menggelar jumpa pers di Hotel Mercure, Surabaya pada Rabu, 14 Maret 2018.
Baca: Arumi Bachsin Jadi Duta Merek Khofifah-Emil di Pilkada 2018
Meski saat ini posisi Gus Ipul-Puti mencapai posisi tertinggi, kata dia, pilgub Jatim situasinya masih dinamis. Sebab, kemantapan pilihan kedua pasangan calon masih rendah, yakni Gus Ipul-Puti 29,4 persen dan Khofifah-Emil 17,3 persen. "Karena yang mempengaruhi sampai pemilihan nanti adalah kemantapan pilihan pemilih terhadap pasangan calon," kata Eko.
Ia pun memprediksi pertarungan bakal ketat mengingat kedua kandidat memiliki stretegi dan target masing-masing. Namun, Eko mengaku, PolMark sebagai konsultan politik dari Gus Ipul-Puti optimistis bisa mempertahankan dan memperkuat posisi pasangan tersebut. Hasil survei tersebut memicu timnya bekerja lebih keras lagi. "Itu target kami," katanya.
Baca juga:
PolMark melakukan survei pada 6-11 Februari 2018 terhadap 1.200 responden dari 36 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Metode yang digunakan, yaitu multistage random sampling dengan margin of error +- 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca: Relawan Pemenangan Saifullah Yusuf-Puti Dirikan Posko Merah-Putih
Hasil survei PolMark berbeda dengan hasil survei yang dilakukan Litbang Kompas mengenai pilgub Jatim 2018 yang dirilis beberapa waktu lalu. Dalam survei tersebut, pasangan Khofifah-Emil unggul tipis atas pasangan Gus Ipul-Puti, yakni 44,5 persen dibandingkan 44 persen.
Menanggapi hal itu, Eko menghargai perbedaan hasil survei setiap lembaga survei. Menurut dia, perbedaan hasil survei itu lazim. "Tergantung metodologi yang dilakukan serta kredibelitas dan profesionalitas lembaga survei itu sendiri," kata dia.
Ia mengklaim sejauh ini lembaganya melakukan survei dengan metodologi yang terjaga dan kuat. Dia menganggap hasil survei lembaganya kerap berbeda dengan lembaga lain. "Di Pilgub DKI Jakarta kami berbeda dan ujungnya terbukti," kata dia.