TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan mengatakan partainya belum membahas bakal calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo atau Jokowi pada pemilihan presiden 2019 karena masih fokus memenangkan pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018 di 171 daerah.
"PKB belum membahas masalah pencapresan saat ini karena masih fokus memenangkan Pilkada 2018. Penentuan cawapres PKB dilakukan setelah pilkada selesai sesuai tahapan KPU (Komisi Pemilihan Umum)," kata Daniel, di Jakarta, Sabtu, 3 Februari 2018.
Baca: Pilpres 2019, Kelompok Ini Sudah Bergerilya Demi Jokowi -Muhaimin
Belum lama ini, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terkait cawapres terpopuler di kalangan pemilih. Untuk kategori kalangan agama Islam, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, dan Gubernur Nusa Tenggara Barat M Zainul Majdi menjadi tokoh yang paling populer di kalangan responden.
Menanggapi hal itu, Daniel mengatakan, apabila nama Cak Imin mulai populer, itu disebabkan realitas politik di akar rumput yang terus memberikan dukungan dengan mendeklarasikan sebagai bakal cawapres pada Pemilu 2019. Meski demikian, PKB saat ini masih fokus dalam Pilkada 2018. Karena itu, ia mengatakan gerakan deklarasi tersebut murni aspirasi massa PKB di tingkat bawah dan menimbulkan efek domino bagi DPC PKB di daerah.
"Semua itu murni gerakan masyarakat yang kemudian disambut dan mendorong semangat struktur DPC PKB dan ranting untuk bergerak lebih intens dengan masyarakat," ujarnya.
Baca: Pengamat: Elektabilitas Jokowi Meningkat jika Gandeng Muhaimin
Ketua Desk Pilkada PKB itu mengatakan, kader partainya dan kaum nahdliyin sangat bersemangat bergerak terus mendorong Cak Imin maju dalam Pilpres 2019 meskipun belum ada survei.
Menurut dia, kalau sekarang survei menunjukkan Cak Imin semakin menguat dan unggul, maka semakin mendorong semangat kader PKB di Pilpres 2019.
"PKB ingin dapat kembali mewujudkan cita-cita politik Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) yang sempat dijalankan saat menjadi presiden ke-4 Indonesia, dan tentunya membutuhkan dukungan masyarakat," katanya.
Sebelumnya, LSI Denny JA memunculkan 12 nama tokoh yang berpotensi menjadi calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2019. "Ada 12 nama yang populer di kalangan masyarakat. Kami pun membagi nama-nama tersebut berdasarkan latar belakang mereka," kata Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby, di Rawamangun, Jakarta, Jumat, 2 Februari 2018.
Menurut dia, berdasarkan survei yang dilakukan, ada lima kategori latar belakang yang dianggap berpeluang maju dalam bursa cawapres 2019, yaitu militer, kalangan agama Islam, profesional, kepala daerah, dan partai politik.
Adjie menjelaskan terdapat tiga tokoh yang masuk pada klasifikasi berlatarbelakang militer. Mereka adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), perwira TNI (letkol) yang memutuskan berhenti dari militer untuk masuk ke dunia politik, lalu mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, serta Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko.
"Berdasarkan survei, AHY memiliki popularitas sebesar 71,2 persen mengungguli Gatot dengan 56,5 persen, dan Moeldoko sebesar 18 persen," katanya lagi.
Pada kategori kalangan agama Islam, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Gubernur Nusa Tenggara Barat M Zainul Majdi menjadi tokoh yang paling populer di kalangan responden.
Survei LSI Denny JA digelar pada 7 hingga 14 Januari 2018, melibatkan 1.200 responden, dan memiliki "margin of error" kurang lebih sebesar 2,9 persen. Survei ini dilaksanakan untuk memperkirakan elektabilitas sejumlah kandidat capres dan popularitas cawapres pada Pemilu 2019.