TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Pers menilai tahun politik 2018 akan menjadi tantangan bagi media massa dalam menjaga independensinya. Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengibaratkan media di tahun politik seperti kendaraan yang digunakan dalam lomba maraton yang dipenuhi oleh atlet curang.
Yosep mengatakan media di tahun politik seperti orang yang sedang lomba maraton. Contohnya dari Depok ke Monas. Di garis star, semuanya sama-sama lari. "Namun dalam perlombaan ternyata ada yang naik bus Transjakarta, ada yang naik kereta, ada yang ojek," kata dia di kantor Dewan Pers pada Jumat, 19 Januari 2018.
Baca: Dewan Pers: Wartawan Maju Pilkada Harus Mundur dari Profesinya
Menjelang garis finis di Monas, semuanya turun dan kembali berlari. "Pada kasus ini, siapa yang disalahkan. Apakah yang membawa bus, ojek, atau kereta?" kata dia.
Yosep mengatakan pihak yang salah tentu atlet yang curang karena tidak bertanding dengan jujur. Bukan yang membawa ojek, bus, atau kereta, karena mereka tidak bisa menolak jika ada yang menumpang.
Baca: Untuk Pilkada 2018, KPU Diminta Bekerja Sama dengan Media Massa
Dalam konteks pilkada, Yosep menyebut yang bersalah adalah pasangan calon atau tim sukses yang mengatur media sebagai kendaraan politik. "Kalau dulu iya, media disalahkan," ujarnya.
Berkaitan dengan itu, kata Yosep, Dewan Pers sudah bertemu dengan Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu untuk menjaga media agar tidak menjadi kendaraan bagi partai politik. Yosep mengatakan sudah ada pertemuan dan memutuskan beberapa kerja sama untuk mengawasi media dalam pilkada dan pemilu. "Ini masih dalam pembicaraan, tidak tutup kemungkinan Polri akan terlibat juga jika nanti ada tindak pidana yang terjadi antara media dan peserta pemilu atau tim sukses," kata Yosep.