TEMPO.CO, SOLO -Konsultan politik Eep Syaifullah Fatah memprediksi bahwa politik uang akan semakin tidak laku dalam Pilkada 2018 ini. Kondisi itu tentunya berbeda dengan kondisi lima tahun silam.
"Lima tahun lalu memang efektivitasnya lumayan tinggi," kata Eep saat ditemui di Solo, Minggu 14 Januari 2017. Saat itu, Eep melakukan survey untuk meneliti pengaruh politik uang terhadap pilihan masyarakat.
BACA:Pilkada 2018, Polri Bentuk Satgas Anti Politik Uang dan Anti Sara
Eep menyebut banyak masyarakat pada saat itu yang menyatakan bakal menerima uang dan disodorkan dan menjatuhkan pilihannya kepada pemberi. "Angkanya mencapai 17-22 persen," kata pendiri PollMark Indonesia itu. Hal tersebut membuat banyak politisi mengambil jalan pintas dengan melakukan politik uang.
Sedangkan dalam survey yang dilakukan menjelang pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemarin, angka tersebut telah menurun hingga menjadi 7,4 persen. "Di wilayah lain di Indonesia rata-rata juga di bawah 10 persen," katanya.
BACA: La Nyalla Ungkap Kronologi Permintaan Mahar Rp 40 M oleh Prabowo
Menurut Eep, saat ini pihaknya tengah membuat survey serupa. Hanya saja, dia masih belum bersedia membeberkan hasilnya. "Rencananya hasil survey tersebut akan dirilis pekan depan," katanya.
Menurunnya efektivitas politik uang dalam Pilkada 2018 itu salah satunya disebabkan oleh semakin cerdasnya para pemilih. "Selain itu yang ngasih uang juga bukan satu calon saja," katanya.
AHMAD RAFIQ