TEMPO.CO, Bandung - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat menghindari gesekan saap pelaksanaan pemilu baik pemilihan kepala daerah atau Pilkada 2018 hingga pemilihan presiden 2019 agar jangan terjadi gesekan.
“Saya titip, pada saat pemilihan bupati, wali kota, gubernur, pada saat pemilihan presiden, jangan sampai karena perbedaan pilihan menjadikan kita ini gesekan, menjadikan kita ini benturan, jangan sampai menjadikan kita pecah,” kata dia di sela pembagian sertipikat tanah bagi warga Kabupaten Bandung di Soreang, Senin, 4 Desember 2017.
Baca juga: Jokowi Minta Polri Petakan Potensi Kerawanan di Pilkada 2018
Saat diskusi soal kesiapan Pilkada 2018, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan masalah agama bakal menjadi isu yang kencang pada Pilkada 2018. Media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, diperkirakan bakal digunakan untuk menyebarkan isu-isu SARA menjelang pilkada 2018.
Jokowi mengatakan, Indonesia negara besar yang memiliki 260 juta penduduk dengan 714 suku yang hidup tersebar di 17 ribu pulau. “Kalau kita gesekan sulit mau nyatukannya karena kita sangat beragam. 714 suku itu sangat besar sekali,” kata dia.
Dia membandingkan dengan nasib Afganistan yang terlibat konflik selama puluhan tahun. “Presiden Afganitan bercerita pada saya. Afganistan punya 7 suku. Ada 2 suku bertikai, kemudian satu bawa temen dari luar, satu bawa temen dair luar dari negara lain. Kemudian perang sudah 40 tahun tidak bisa diselesaikan. Itu hanya 7 suku. Sekarang pecah jadi 40 kelompok. Indonesia itu ada 714 suku,” kata Jokowi.
Jokowi meminta agar saat pemilihan kepala daerah serentak yang akan berlangsung nanti, menyulut emosi dan berakibat memecah bangsa. “Sekali lagi pilihlah pemimpin yang terbaik, tapi jangan sampai kita terpecah, jangan. Terlalu besar resikonya untuk bangsa dan negara ini,” kata dia.