TEMPO.CO, Jakarta - Bakal calon Gubernur Jawa Barat 2018 Ridwan Kamil mengatakan tidak mempermasalahkan ihwal statement Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Golongan Karya (Golkar) Jawa Barat Dedi Mulyadi yang menyebut perlu mengevaluasi rekomendasi calon Gubernur yang diusung Golkar.
"Saya seperti biasa berterima kasih kepada Golkar sebagai institusi, jadi keputusan mendukung saya kan dukungan institusi bukan pribadi," ujar Ridwan saat ditemui wartawan di Taman Sejarah, Kota Bandung, Selasa, 21 November 2017.
Ridwan mengatakan menyerahkan sepenuhnya urusan dukungan Golkar terhadap dirinya untuk maju di Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 mendatang, kepada mekanisme partai berlambang pohon beringin itu.
Baca juga: Asep Maoshul Hadang Uu Ruzhanul Jadi Calon Wakil Ridwan Kamil
"Saya serahkan kembali dengan dinamika baru kepada mekanisme institusi. Saya hari ini sedang fokus untuk mengompakkan koalisi khususnya terkait isu bagaimana memilih wakil yang akan mendampingi nantinya," ujar dia.
Bahkan, Wali Kota Bandung itu menekankan ihwal dinamika partai pengusung dirinya termasuk Golkar, ketika mengeluarkan surat keputusan (SK) dukungan terhadap Ridwan, tentu landasannya bukan individu melainkan hasil mufakat institusi partai.
"Dari awal juga dinamika pasti ada tapi Pak Idrus Marham sudah menyampaikan bahwa yang namanya SK bukan keputusan individu tetapi institusi. Jadi perubahannya di level institusi," katanya.
Emil--sapaan akrab Ridwan, mengaku sudah mengkaji untung rugi ketika ada partai yang mengusung dirinya. Artinya, kata dia, ketika Golkar memutuskan untuk mendukung Ridwan, maka tentu kajian ihwal untung rugi didukung oleh partai yang dipimpin oleh Setya Novanto itu sudah dipikirkan matang-matang.
Saat ini Ketua Umum Golkar Setya Novanto resmi ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ridwan pun mengatakan keterkaitan Partai Golkar dengan Setya Novanto memang masih abu-abu, apakah akan dikaji atau tidak. "Belum dikaji (masalah Setya Novanto) karena kejadiannya baru, nanti saja dilihat seperti apa," ujarnya.
Baca juga: Nasdem Usul Ridwan Kamil Pilih Wakil Lewat Konvensi
"Saya ingatkan yang namanya Pilkada itu adalah figur bukan institusi partai. Dulu partai pengusung saya waktu menang di Pilwalkot, pas Pileg malah turun suaranya," kata dia. Menurut Ridwan Kamil masyarakat bisa memilah kalau urusan Pilkada maka isu figurnya bermasalah atau tidak terkena isu integritas atau tidak. Kalau isunya kepartaian biasanya masyarakat memberikan penilaian terhadap eksistensi partainya.