TEMPO.CO, Kediri – Praktek politik uang dalam penyelenggaraan pemillihan kepala daerah bisa terjadi di mana saja. Praktek ini bahkan telah menggurita di dalam lembaga pemasyarakatan yang notabene jauh dari interaksi pasangan calon, Jumat, 27 November 2015.
AA, seorang warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Kediri mengatakan, selama ini tak pernah ada pasangan calon kepala daerah ataupun tim sukses yang berkampanye di dalam tahanan. Namun setiap kali pemungutan suara dilakukan di dalam penjara, para narapidana tak pernah bingung menentukan siapa yang akan didukung. “Tergantung nanti siapa yang bagi duit,” katanya kepada Tempo di sela pelaksanaan sosialisasi pilkada oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kediri, kemarin.
Narapidana yang telah empat tahun menjadi warga binaan Lapas Kediri ini mengaku selalu mengikuti informasi yang terjadi di luar lapas, termasuk pilkada, dari televisi, radio, dan koran. Karena itu, meski tak pernah bertatap muka dengan para calon, dia bisa memantau visi-misi mereka dari pemberitaan media massa.
Selain itu, aktivitas kunjungan keluarga yang terjadi setiap hari turut menjadi ajang menggali informasi di luar lapas. Biasanya para tahanan akan mencari tahu situasi politik di lingkungan rumah mereka, termasuk calon mana saja yang sudah memberi uang. “Kalau bagi duit akan selalu ada,” katanya.
Jika sudah demikian, AA mengaku, akan memilih pasangan calon sesuai arahan keluarganya. Sebab, biasanya komitmen dengan tim sukses calon ini juga mengikat seluruh anggota keluarga, termasuk yang berada di dalam lapas. Karena itu, saat ditanya calon mana yang akan didukung dalam pilkada Kabupaten Kediri mendatang, AA mengaku masih menunggu kabar keluarganya.
Ketua KPU Kabupaten Kediri Sapta Andaru Iswara mengatakan, terdapat 450 penghuni Lapas Kediri yang tercatat sebagai warga Kabupaten Kediri. Karena itu, dalam pilkada tanggal 9 Desember 2015 nanti KPU akan menempatkan TPS khusus di dalam lapas untuk menampung aspirasi politik mereka.
Sapta mengakui tidak adanya kegiatan kampanye pasangan calon di dalam lapas turut mempengaruhi rendahnya pengetahuan napi dalam memilih. Karena itu, KPU berusaha memaparkan visi-misi para calon meski singkat dalam sosialisasi tersebut. “Kami masih menyelesaikan administrasi para napi ini agar bisa mencoblos seluruhnya. Sebab, saat ini hanya setengah saja yang masuk Daftar Pemilih Tetap,” kata Sapta.
Kepala Lapas Kelas II A Kediri H.E. Hidayat mengatakan, tingkat partisipasi narapidana dalam pemungutan suara selama ini cukup besar. Dia juga memastikan tak akan ada narapidana yang kehilangan hak suara dalam pencoblosan nanti.
HARI TRI WASONO